Ada empat hal yang perlu kita ketahui tentang Allah. Seluruhnya telah Allah sampaikan melalui ayat-ayat syar’i. Kita wajib mengimaninya, walaupun sebagian dari akal manusia belum mampu menjangkau hakikatnya. Keempat hal tersebut adalah mengetahui bahwa wujud Allah itu ada, mengetahui uluhiyah-Nya, rububiyah-Nya, serta asma dan sifat-Nya, lalu mengakuinya dengan penuh keimanan berlandaskan wahyu yang Allah turunkan.

Berikut adalah pembahasan mengenai keempat hal di atas:

  1. Mengakui Bahwa Allah Memiliki Wujud Hakiki

Allah menguji hamba-Nya dengan tidak menampakkan Dzat-Nya secara langsung. Kita juga tidak mendengar suara, atau apapun yang bisa diraih dengan panca indera. Namun, Allah menyampaikan tentang keberadaan-Nya serta sebagian keadaan-Nya kepada kita melalui Al Qur’an dan hadits yang shahih.

Contoh dari Al Qur’an, Allah berfirman dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ◌ اللَّهُ الصَّمَدُ ◌ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ◌ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد

“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Dalam ayat di atas, terdapat kejelasan bahwa Allah merupakan Dzat Yang Maha Esa. Kita patut meyakini keberadaan-Nya, tanpa mempertanyakan bagaimanakah rupa Dzat-Nya atau yang semacamnya. Rasulullahﷺ  juga bersabda yang artinya, “Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah.” [1]

Larangan ini tentu memiliki hikmah yang besar. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i rahimahullah, “Akal memiliki batasan sebagaimana pandangan mata memiliki batasan.” Maka Allah telah meletakkan batasan-batasan-Nya demi kemaslahatan manusia itu sendiri, dan mengarahkan hamba-Nya untuk memikirkan hal-hal yang dapat menambah keimanan terhadap wujud Allah.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Hampir tiba masanya orang-orang saling bertanya sesama mereka. Sehingga ada yang bertanya, ‘Allah telah menciptakan ini dan itu, lalu siapakah yang menciptakan Allah?’ Jika mereka mengatakan seperti itu, maka bacakanlah, ‘Katakanlah: ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa.’ Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’ (Al-Ikhlas: 1-4). Kemudian, hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali, lalu berlindung kepada Allah dari gangguan syaithan dengan mengucapkan isti’adzah.” [2]

Untuk menghindari tipu daya syaithan yang semacam ini, ada baiknya kita mengingat hadits di atas. Yang perlu dipahami adalah, bahwa Allah tidak dibatasi dengan apapun dan Maha Meliputi segala sesuatu. Sementara manusia serba terbatas, baik pandangan maupun pemahaman. Jika mata kita saja bisa ditipu dengan berbagai trik sulap, tentu akal kita lebih bisa dimanipulasi oleh orang-orang yang tidak menginginkan kita berada di atas jalan keimanan.

  • Mengakui Uluhiyah Allah

Hal kedua yang perlu diketahui, adalah bahwa Allah memiliki hak untuk disembah dan diibadahi, dan menjadi satu-satunya yang boleh diibadahi. Bukan sekedar karena Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, namun lebih karena kesempurnaan mutlak yang hanya ada pada Diri-Nya. Setiap insan yang mengenal-Nya, secara naluri akan menyembah dan memuja-Nya. Allah sendiri berfirman tentang uluhiyah-Nya dalam surat Thoha ayat 14,

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku.”

Begitu juga dalam al Qur’an surat Muhammad ayat 19,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِك

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” 

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menyebut tentang uluhiyah-Nya di berbagai tempat dalam Al Qur’an. Ini mengandung dua hal sekaligus, yaitu perintah untuk mengenal Allah dan perintah untuk beribadah kepada-Nya.

  • Mengakui Rububiyah Allah

Mengenal rububiyah Allah, berarti mengenali bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta dan pemelihara segala sesuatu. Dengan melihat berbagai ayat di dalam Al Qur’an, akan kita dapati bahwa ayat-ayat yang menjelaskan rububiyah Allah sangat melimpah. Diantaranya adalah ayat-ayat berikut ini,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”[3]

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيل

“Allah menciptakan segala sesuatu, dan Dia Maha … atas segala sesuatu.”[4]

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Rabb kamu adalah Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupi siang dengan malam, yang mengikutinya dengan cepat. Dan (Dia menciptakan) matahari dan rembulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah, (bahwasanya) menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.”[5]

هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُون

“Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan dan kepada-Nya lah kalian semua akan kembali.”[6]

Dari seluruh ayat di atas, jelas dapat kita lihat bahwa hanya Allah lah yang menciptakan segala sesuatu, memeliharanya, dan segala hal kembali kepada-Nya. Maka tidak ada lagi alasan untuk enggan mengakui rububiyah-Nya dikarenakan ayat yang menjelaskan tentang hal ini teramat banyak.

  • Mengakui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Allah memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat yang paling mulia. Maka patut kita mencari tahu dan berusaha mengenalnya, melalui berbagai ayat yang Dia tuliskan dalam kitab-Nya, sebagaimana pada ayat-ayat di bawah ini,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan hanya milik Allah-lah Asma al Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menebut nama-nama-Nya yang paling Indah..”[7]

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki nama-nama yang terindah dan juga perintah untuk memanggil-Nya dengan nama-nama tersebut ketika berdoa. Sementara contoh dari sebagian nama-Nya adalah seperti pada ayat di bawah ini,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

“Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.”[8]

Dalam ayat ini, Allah mengenalkan nama-Nya yaitu Ar Rahmaan yang berarti Yang Maha Pengasih dan juga Ar Rahiim yang berarti Yang Maha Penyayang.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[9]

Pada ayat ini, Allah menyebutkan mengenai keistimewaan nama dan sifat-Nya, bahwa tidak ada satupun yang serupa atau setara dengan-Nya, dalam segala sisi, juga termasuk dalam asma dan sifat-Nya.

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

 “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”[10]

Ayat ini merupakan salah satu contoh dari sifat Allah al qudrah atau menguasai.

Pembahasan lebih rinci mengenai uluhiyah, rububiyah, asmadan sifat Allah, akan kita bahas pada pembahasan tersendiri, karena membutuhkan penjelasan yang lebih dalam.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam mengenal-Nya sehingga kita dapat menjadi hamba yang memiliki hubungan yang baik dengan Rabb kita.

Billahit taufiq wal hidayah.

Penulis: Intan M. Nurwidyani

Pembimbing: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.,

Referensi :

  1. Al Quran Al Karim (Maktabah Syamilah)
  2. Kitab Tauhid, Dr. Shalih bin Fauzan al Fauzan
  3. Al Wajibat Al Mutahattimat ‘alaa kulli muslimin wal muslimat, Al Qar’awi
  4. Aplikasi Al Baahits al Hadits
  5. Aplikasi Shohih al Jami’

[1] Hadits hasan, Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (1788)

[2] HR Abu Dawud [4732], An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah [460], Abu Awanah [I/81-82], Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhiid [VII/146]

[3] Al Fatihah : 2

[4] Az Zumar : 62

[5] Al A’rof : 54

[6] Yunus : 56

[7] Al A’rof : 180

[8] Al Fatihah : 1

[9] Asy Syura : 11

[10] Al Baqarah : 20

Kategori: Tauhid

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *