“Sesungguhnya di dunia ini ada sebuah surga.
Barangsiapa yang tidak memasukinya di dunia, tidak akan memasuki surga di akhirat.
(Surga di dunia itu adalah) mengenal Allah”
-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[1]
Diantara tanda kebahagiaan seorang hamba, adalah ketika ia diberikan jalan yang benar untuk mengenal Allah. Betapa banyak manusia kehilangan sandaran dan pegangan hidup manakala tidak mengenal Allah. Betapa banyak manusia berusaha mencari jalan terdekat untuk bisa mengenal-Nya, namun tidak menjumpai kebenaran karena tidak menempuh jalan yang Dia inginkan. Maka dari itu, mari kita kembali ke arah yang Dia inginkan untuk mengenal-Nya.
Ada dua cara utama yang bisa ditempuh untuk mengenal Allah.
- Tafakkur ayat-ayat kauniyah
- Tadabbur ayat-ayat syar’iyah
Mengenal Allah Melalui Ayat-ayat Kauniyah
Yang dimaksud dengan ayat kauni adalah tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan yang terdapat pada alam semesta, berupa berbagai peristiwa, kejadian, dan fenomena yang kita rasakan atau kita saksikan. Termasuk di dalamnya apa yang mampu kita raih dengan akal dan nalar kita, juga fitrah yang bersih yang dimiliki oleh seluruh manusia.
Banyak ayat di Al Qur’an yang menganjurkan kita untuk mentadaburi alam semesta. Misalnya, Allah berfirman ayat-ayat Al Qur’an berikut,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْن
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”[2]
اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ◌وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ◌وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ◌وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَت
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?. ”[3]
Dengan memperhatikan bagaimana dinamika kehidupan di bumi, berbagai fenomena alam, bahkan apa yang terjadi di dalam diri kita sendiri, kita akan menemukan bahwa mustahil segala sesuatu itu ada kecuali ada pula yang menciptakannya. Mustahil tercipta keteraturan sedemikian rupa kecuali pasti ada yang mengaturnya. Mustahil ada pergerakan kecuali ada yang menggerakannya. Sebagaimana jika kita perhatikan pada sebuah jam yang memiliki jarum yang berputar sendiri, tentu kita semua tahu bahwa ia tidak berputar dengan sendirinya. Tentu kita tahu bahwa di balik jarum jam ada mesin yang mengaturnya. Dan tentu kita tahu bahwa setiap mesin itu ada pembuatnya.
Suatu hari Imam Syafi’I ditanya, “Wahai Abu Abdillah, apa dalil Anda tentang keberadaan pencipta?”
Beliau menjawab, “Daun pohon murbei.”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Apa yang Anda maksudkan?”
Imam Syafi’I pun menjelaskan, “Rasa, warna, bau, dan karakternya satu. Akan tetapi, ketika dimakan ulat sutera, maka ulat tersebut mengeluarkan benang sutera. Ketika dimakan lebah, maka lebah itu mengeluarkan madu. Ketika dimakan domba dan telah tumbuh besar, maka domba itu mengeluarkan susu. Ketika dimakan antelop, maka akan muncul aroma kasturi. Maka siapakah yang telah menjadikan berbagai macam produksi ini, padahal makanannya sama? Dia adalah Allah.”[4]
Mengenal Allah Melalui Ayat-Ayat Syar’iyah
Ayat-ayat syar’iyah adalah wahyu yang Allah turunkan, baik itu Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Allah telah memperkenalkan diri-Nya Yang Mulia melalui ayat-ayat yang Ia turunkan kepada Rasulullah ﷺ. Selain itu, betapa banyak hadits nabawi yang mengkabarkan tentang keberadaan Allah, nama dan sifat-Nya, serta berbagai perbuatan-Nya. Betapa banyak hal yang tidak akan mampu diraih oleh akal kita tentang masalah ini. Maka dari itu, Allah mengajari hamba-Nya tentang siapa Ilah mereka melalui ayat syar’i-Nya. Pembahasan lebih lanjut tentang ini akan dibahas di artikel selanjutnya insyaallah.
Diantara hal-hal lain yang dapat membuat kita semakin mengenal Allah adalah dengan memperhatikan bahwa ketika kita berada di saat-saat terdesak dan tanpa bantuan. Suatu hari seorang ustadz berada di atas pesawat terbang bersama teman duduknya yang atheis. Ketika pesawat mengalami guncangan dan keadaannya pelik, maka spontan atheis tadi berteriak, “Ya Tuhan!”. Ketika keadaan telah terkendali, maka ustadz tadi bertanya kepada si atheis, “Mengapa kau memanggil-manggil Tuhan? Bukankah engkau tidak percaya pada-Nya?” Maka atheis itu terbungkam.
Inilah fitrah manusia yang selalu merasakan kebutuhan pada esensi Yang Maha Kuasa, untuk meminta pertolongan yang tidak akan mampu dilakukan oleh manusia.
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Luqman ayat 32,
﴿وَاِذَا غَشِيَهُمْ مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۚ فَلَمَّا نَجّٰىهُمْ اِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُوْرٍ﴾
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.”
Juga dalam pengkabulan doa-doa manusia, Allah berfirman dalam surat An Naml ayat 62,
﴿اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗقَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ﴾
“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.”
Dari kedua ayat di atas, dapat kita amati bahwa fitrah manusia dikala terdesak, maka akan merasa butuh pada Rabbnya. Maka mengabulkan doa, menyelamatkan dari kematian ketika usaha manusia tidak lagi dapat diharapkan, menunjukkan bahwa Allah itu ada. Karena hal-hal di atas tidak dapat dilakukan oleh siapapun kecuali oleh Allah.
Allahu a’lam bis showab.
Penulis: Intan M. Nurwidyani
Pembimbing: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.,
Referensi :
- Al Qur’an Al Karim
- Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim, Ibrahim al Khuraishi
- Al Wabil Ash Shayyib Min Kalam Ath Thayyib, Ibnul Qayyim Al Jauziyah
- Biografi Empat Madzhab, Abdul Aziz Asy Syinawi
[1] Al Wabil Ash Shayib hal. 48, Darul Hadits, Kairo, cet. III, Syamilah
[2] Q.S. Al Baqarah : 164
[3] Q.S. Al Ghasyiyah : 17-20
[4] Biografi Empat Madzhab, hal. 400
1 Komentar
Pinayanti · 28 Agustus 2022 pada 8:26 AM
Bukti Bahwa Allah itu ada