Puji syukur kepada Allah Ta’ala yang melimpahkan taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad  ﷺ.

Pada pembahasan sebelumnya kita telah menyebutkan dakwah yang dilakukan Rasulullah ﷺ secara terang-terangan, yang mana di dalamnya mengandung sebuah pesan bahwa dalam peristiwa tersebut ialah untuk setiap da’i agar selalu mementingkan masalah akidah. Mulailah dari masalah akidah, perbaiki akidah manusia karena merupakan masalah yang asasi bagi setiap yang mengikuti dan meniti jalan Rasulullah  shallahu alaihi wassalam. Maka pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan berikutnya mengenai bentuk penyiksaam kaum Quraisy terhadap Rasulullah shallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya.

Kaum Quraisy yang sebelumnya mereka mengagungkan dan menghormati Rasulullah shallahu alaihi wassalam akhirnya mereka membatalkam sikap pengangungan dan penghormatan yang dulu pernah mereka tampakkan terhadap Rasulullah shallahu alaihi wassalam semenjak munculnya dakwah Islamiyyah di lapangan. Sebagai implementasinya, mereka melakukan bentuk ejekan, hinaan, pncemaran nama baik, pengaburan, keusilan, dan lain sebagainya. Tentunya sudah lumrah bila yang menjadi garda terdepan dan ujung tombaknya adalah Abu Lahab. Dia adalah musuh bebuyutan Islam dan para pemeluknya, sejak pertama dia sudah menghadang Rasulullah sebelum kaum Quraisy berkeinginan melakukan hal itu. telah kita ketahui dbagaimana perilaku Abu Lahab di bukit Shafa.

Telah disebutkan bahwa Abu Lahab selalu menguntit di belakang Rasulullah shallahu alaihi wassalam saat musim haji dan di pasar-pasar sebagai upaya mendustakannya. Dalam hal ini, Thariq bin Abdullah Al-Muharibi meriwayatkan suatu berita yang intinya bahwa yang dilakukan tidak sekedar mendustakan Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Akan tetapi lebih dari itu, dia juga memukuli Rasulullah shallahu alaihi wassalam dengan batu hingga kedua tumit beliau shallahu alaihi wassalam berdarah.

Pada saat itu juga Rasulullah shallahu alaihi wassalam muncul dan langsung mencium Hajar Aswad dan kemudian thawaf. Ketika beliau sedang mengelilingi Ka’bah maka kaum Quraisy mencaci maki beliau dengan kata-kata kasar. Pada putaran kedua mereka mencacinya dengan kata-kata serupa. Pada putaran ketiga mereka tetap mencacinya dengan kata-kata kasar sehingga membuat Rasulullah shallahu alaihi wassalam berhenti seraya berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, aku datang kepada kalian dengan membawa sembelihan.”

Orang-orang Quraisy memperhatikan ucapan beliau shallahu alaihi wassalam ini, sampai tidak ada seorang pun yang tidak merasa seolah-olah ada burung di kepalanya sehingga salah satu dari mereka ada yang merasa iba dengan beliau, lalu ia berkata, “Wahai Abul-Qasim, pergilah! Demi Tuhan, engkau bukanlah orang yang bodoh.”

Tidak berhenti disitu, di antara mereka ada yang melempari Rasulullah shallahu alaihi wassalam dengan isi perut unta ketika beliau sedang shalat, dan di antara mereka juga ada yang membuang isi perut unta dalam panci Rasulullah shallahu alaihi wassalam tatkala sedang masak.

Sebagaimana Rasulullah shallahu alaihi wassalam telah disiksa dan diganggu begitu pula para sahabatnya, hal itu terjadi tatkala Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallahu anhu berceramah di Masjid al-Haram yang akhirnya dipukuli orang-orang musyrik. Di antara yang memukulinya adalah Utbah bin Rabi’ah. Dia memukuli beliau hingga terluka. Sebagaimana yang dirasakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu pada suatu waktu membaca Al-Qur’an dengan suara yang keras dan mereka memukulinya hingga mukanya terluka.

Adapun tentang Bilal bin Rabbah radhiyallahu anhu yang telah mendapatkan siksaan, yang tidak dirasakan oleh yang lainnya. hal tersebut disebabkan dia berasal dari kalangan budak. Majikannya bernama Umayyah bin Khalaf mengikat tali dilehernya kemudian diberikan kepada anak-anak, dan mereka menjadikannya mainan yang ditarik di gunung-gunung Mekkah dan apabila matahari telah terik, dia mengeluarkan Bilal radhiyallahu anhu dan merebahkannya di atas padang pasir yang panas. Kemudian meletakkan batu di atas dadanya.

Pesan yang terkandung di dalamnya ialah menjelaskan kepada kita tentang kebersihan dakwah Rasulullah shallahu alaihi wassalam dari segala bentuk dan tujuan pribadi. Apakah melalui dakwahnya beliau memburu kekuasaan, kohormatan, dan kekayaan? Apakah dakwahnya hanya merupakan manifestasi dari segala kebusukan di dadanya? Semua tuduhan ini merupakan senjata yang biasa digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan dakwah Islam. Tetapi agung dan mulianya rahasia kehidupan yang telah dipersiapkan Rabb semesta alam kepada Rasul-Nya. Allah telah mengisi kehidupan Rasul-Nya dengan sikap-sikap dan peristiwa-peristiwa yang menghancurkan semua tuduhan busuk yang dilontarkan para musuh Islam dan membuat mereka bingung mencari cara yang harus ditempuh untuk melancarkan serangan pemikiran.

Penulis: Elghautsa

Rujukan:

  1. Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, cetakan Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
  2. Sejarah Kehidupan Muhammad shallahu alaihi wassalam, Imam Adz-Dzahabi, cetakan Pustaka Nuun, Semarang.
  3. Sirah Nabawiyah, Dr.Said Ramadhan Al-Buthy, cetakan Robbani Press, Jakarta.
  4. Fikih Sirah Mendulang Hikmah dari Sejarah Kehidupan Rasullah, Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid, cetakan Darus Sunnah, Jakarta.
  5. Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, cetakan Qisthi Press, Jakarta.
Kategori: Siroh

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *