Surat Al-Kafirun adalah surat makiyah, yang mana surat ini menjelaskan tentang berlepas diri dari kesyirikan, bahwasannya ibadah kepada Allah harus memurnikan ibadah untuknya. Surat ini dikenal dengan nama surat “Qul Ya Ayyuhal Kaafirun” dan surat Al-Ikhlas.
Asbabun Nuzul:
Orang-orang musyrikin senantiasa merayu Nabi agar menghentikan dakwahnya, dakwah yang mengajak kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan. Akhirnya mereka menempuh berbagai macam cara, mereka menawarkan kepada Nabi harta, tahta dan jabatan. Namun, Nabi tidak tertarik dengan itu semua. Akhirnya ditawarkannya wanita tercantik, tetapi Nabi juga tidak tertarik dengan itu. Mereka terus memberikan penawaran kepada Nabi dan beliau terus menolak. Akhirnya mereka memberikan penawaran yang lain, mereka mengajak Nabi menyembah Tuhan mereka selama satu tahun saja dan setelah itu giliran mereka menyembah Tuhannya Nabi selama satu tahun berikutnya. Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menolak penawaran tersebut. Kemudian Allah menurunkan surat Al-Kafirun, sebagai bentuk tegas penolokan nabi terhadap ajakan mereka. Lihatlah bagaimana usaha yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin untuk menghentikan dakwah tauhid, bahkan mereka rela bertauhid selama satu tahun.
Keutamaan Surat Al-Kaafirun:
- Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sering membaca surat Al-Kafirun dalam sholatnya.
- Surat ini adalah sebaik-baik surat yang dibaca ketika qobliyah shubuh.
- Nabi membaca surat ini pada saat sholat witir.
- Nabi membaca surat ini sebelum tidur.
Tafsir Ayat:
1. Ayat Pertama
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ
Katakanlah, “Hai orang-orang kafir,..
Surat ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat ini memerintahkan untuk membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk kemusyrikan. Mereka meminta Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka pun akan menyembah sembahannya selama satu tahun. Maka Allah subhanahu wa taa’la menurunkan surat ini dan memerintahkan kepada Rasul-Nya dalam surat ini agar memutuskan hubungan dengan agama mereka secara keseluruhan.
2. Ayat Kedua
لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Aku tidak menyembah apa yang kalian sembah, yaitu berhala-berhala dan sembahan-sembahan yang palsu.
3. Ayat Ketiga
وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah, yaitu Tuhan yang Esa, yaitu Allah Tuhan semesta alam yang hanya Dia-lah sajalah yang wajib disembah.
4. Ayat Keempat
وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Dan aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah, dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (Al-Kafirun: 4-5)
Yakni aku tidak akan melakukan penyembahan seperti kalian. Dengan kata lain, aku tidak akan menempuh cara itu dan tidak pula mengikutinya. Sesungguhnya yang aku sembah hanyalah Allah sesuai dengan apa yang disukai dan diridai-Nya.
Nabi mengulangi dua pernyataan yang kurang lebih bermakna sama, yaitu ayat keempat dan ayat kedua. Namun para ulama berbeda pendapat tentang alasan pengulangan tersebut, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Al-Qurthubi. Sebagian ulama menyatakan bahwasanya ayat kedua yaitu لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ berkaitan dengan perkara yang telah lampau, sedangkan ayat keempat وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ berkaitan dengan masa depan. Sehingga Nabi ingin mengatakan kepada mereka secara tegas, “Aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kalian sembah.” Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Nabi mengulanginya dua kali karena tawaran tersebut juga datang berulang-ulang.
Imam Al-Qurthubi juga menyebutkan perbedaan pendapat tentang tafsiran مَا pada ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya. Pada tafsiran sebelumnya مَا pada ayat-ayat tersebut adalah مَا الْمَوْصُوْلَةُ sehingga makna ayat adalah, “Aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah.” Sebagian yang lain berpandangan bahwa مَا pada ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya adalah مَا الْمَصْدَرِيَّةُ sehingga makna ayat adalah, “Aku tidak akan menyembah sebagaimana cara beribadah kalian” karena mereka beribadah dengan cara kesyirikan meskipun mereka mengaku menyembah Allah akan tetapi cara beribadah mereka salah. Sebagaimana yang telah dimaklumi bahwa mereka menyembah Allah dan juga menyembah selain Allah.
Tafsir As-sa’di/ Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di/ Muassasah Ar-risalah/ Lebanon
At-Tafsir/Wizarotut At-Tarbiyah Wa Ta’lim/ Fahrosah Maktabah Al-Malik Fahd Al-Wathaniyyah Asna’ An-Nasr/ Saudi
Tafsir Al-Qur’anul Adzim/ Abu Al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir/ Dar Ibnu Hazm/ Lebanon
Al-Quran Al-Karim
Taisir Al-Karimi Ar-Rahman fi Tafsir, Abdurrahman ibnu Nashir ibnu Abdillah As’sadi, Daaru Qanadiil Al-Alam
Tafsir Muyassar/Firanda Andirja
At-tafsir/Al-Mamlakah Al-‘Arabiyyah As-Saudiyyah Wazaroh Tarbiyah wa Ta’lim
0 Komentar